Ketika berhasil meraih gelar insinyur sipil dari Universitas Pancasila, Jakarta pada 1993, pria kelahiran 8 Februari 1966 ini sempat gamang. Profesi apa yang harus dilanjutkannya. Apakah tetap melanjutkan profesi sebagai Jurnalis yang telah dirintisnya sejak menjadi mahasiswa tahun 1985, atau mencari profesi baru sebagai kontraktor atau bekerja di perusahaan pengembang perumahan, sesuai dengan pendidikannya.
Orangtuanya yang lebih suka melihat anaknya bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Departemen Pekerjaan Umum, mendesak Indra untuk melayangkan surat lamaran ke instansi tersebut. Tidak mendapat tanggapan, meski beberapa kali ia sempat dipanggil untuk melakukan test masuk. Perhatiannya pun pindah ke beberapa perusahaan kontraktor dan pengembang. Hasilnya pun tidak menggembirakan. Apalagi, dalam riwayat hidup pria ini, pengalaman sebagai jurnalis lebih mendominasi.Kenyataan ini membuat Indra mulai membatasi diri mengirim surat lamaran. “Saya sengaja hanya mengirim 100 lamaran,” kenang pria berdarah minang ini. Dari 100 lamaran yang dikirimnya, “Hanya sekitar 9 perusahaan yang memanggil,” sambung bapak 2 anak ini. Alhasil, dengan berbagai alasan seperti gaji dan lokasi pekerjaan, ia memutuskan tidak mengambil satu pun dari tawaran tersebut. Disela-sela mengisi waktu lowong, Indra bahkan sempat menerima tawaran dari salah seorang direktur rumah sakit untuk mengisi jabatan sebagai Kepala Bagian Humas.
Sambil menunggu panggilan yang lain, Indra berkenalan dengan seorang broker property yang menawarinya untuk bergabung dengan salah satu kantor broker properti franchise asal AS. Pada waktu yang bersamaan, ia juga di ajak rekannya Bambang Budiono yang Redaktur Pelaksana Majalah Properti Indonesia untuk mengisi posisi staf redaksi. Dua profesi ini ditekunnya bersamaan. Waktu itu bisnis properti sub sektor apartemen sedang booming. Dari sinilah karir dan hoki pria yang punya banyak ide ini kian cemerlang. Sebagai broker properti, nasib baik mendatanginya. Hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan, ia berhasil masuk dalam jajaran The Milions Club, kelompok elit broker yang berhasil menghasilkan komisi di atas Rp 10 juta dalam waktu singkat.
Di Majalah Properti Indonesia, kariernya pun terus mengkilap. Melihat hasil kerjanya, dalam beberapa bulan ia sudah dipercaya sebagai Redaktur. Bahkan dalam 1 tahun ia dipercaya menduduki posisi Wakil Redaktur Pelaksana. “Saya sempat tidak enak dengan beberapa Redaktur Senior yang posisinya di bawah saya, padahal saya termasuk baru di majalah itu,” kata Indra. Ia bahkan sempat memegang dua posisi sekaligus, sebagai Redaktur dan Pjs Marketing Manager Majalah Properti Indonesia. Ketika ditanya pengalaman yuang paling mengesankan selama bekerja di Properti Indonesia, Indra menjawab ada dua hal. Yang pertama, ketika Laporan Utamanya yang ditulisnya tentang Tanah-Tanah Soeharto, menjadi sumber inspirasi Laporan Utama Majalah TIMES yang menghebohkan itu. “Hampir sebagian bahan tulisan di Majalah TIMES dikutip dari Properti Indonesia,” cerita Indra yang masih menyimpan Majalah TIMES yang memuat Laporan tersebut hasil kiriman Jurnalis Majalah ini yang ditugaskan di Indonesia.
Pengalaman lain yang juga membuatnya sangat susah melupakan perstiwa itu adalah ketika krisis datang dan membuat bisnis properti terpuruk tahun 1997. Saat ini Indra dipercaya mengepalai divisi bisnis Majalah Properti Indonesia. Di saat susahnya awak AE-nya mencari pemasang iklan, Indra mengusulkan untuk membuat edisi khusus Top Tokoh Properti. Ide ini didasari pengalamannya menerbitkan sejumlah buku profil pengusaha dan tokoh sukses. Untuk menghemat biaya liputan, bahannya diambil dari rubrik tokoh yang pernah diterbitkan di majalah tersebut. Semula, bosnya menilai ide tersebut tidak masuk akal dengan alasan artikelnya sudah basi. Tapi, dengan keyakinan yang kuat, Indra bisa menjelaskan dan akhirnya proyek di tengah krisis tersebut bisa mendapatkan penjualan iklan sampai Rp 400 juta lebih.
Bertahan 5 tahun di Properti Indonesia, alumni program magister CPA (Certified Property Analys) Institut Teknologi Properti Indonesia (ITPI) ini kemudian mengibarkan media baru. Bersama-sama rekannya Pria Takari Utama dan Erwin Kallo yang dimotori oleh pengamat properti Doli D Siregar, pria ini mengibarkan media properti Tabloid KAVLING. Sayang, meski pasarnya cukup baik, dua investor media ini mundur dan hanya sempat terbit 6 edisi. “Tadinya Pak Hasan Basri Durin dan Pak Marzuki Usman sudah tanda tangan dan ikut sebagai investor, sayang karena perubahan politik, rencana beliau batal,” kata Indra tentang tabloidnya.
Sebagai jurnalis, Indra termasuk sosok yang tidak pelit berbagi ilmu dan pengalaman. Bersama rekannya seperti Hendrix K.Hidayat (mantan Pimpinan Perusahaan Majalah Tajukj), Bachrul Alam (Penyiar Senior RCTI), dan Dailami (mantan Dirjen PPG Deppen) serta Sukrawardi dan Adrian Putra, mereka membuka sekolah wartawan bernama Lembaga Pendidikan Wartawan Indonesia (LPWI). “Sebagian siswa kita sudah ada yang bekerja di media nasional,” ungkap Indra yang mengajak sejumlah Redaktur Senior untuk mengajar dilembaganya. Sembari menjalankan LPWI, Indra membentuk tim jurnalis yang juga aktif menerbitkan buku-buku profil. Tim jurnalis yang sebagian besar berasal dari alumni LPWI ini juga berperan besar mengawali liputan berita properti di sejumlah properti dotcom. Tim ini pernah dikontrak oleh Indoproperty.com selama setahun untuk mengisi berita-berita properti. Properti dotcom lain seperti Propertyrequest.com dan Propertyenet.com sempat menggunakan jasa tim yang dikoordinir Indra untuk meliput berita-berita properti.
Belakangan, bersama salah seorang pengelola salah satu properti dotcom, Indra merintis majalah Properti TRADER. Kehadiran majalah yang dikelola serius dengan format ringan ini sempat menggoyahkan pesaingnya. Sayangnya, di tengah jalan, investor majalah ini menyerah karena sudah terlanjur habis modal saat mengembangkan bisnis dotcom.
Keseriusan Indra Utama untuk tetap menggeluti media massa spesilias properti patut diacungkan jempol. Ia bahkan dengan tegas menolak tawaran sebuah media umum yang mengajaknya bergabung. Bahkan ketika seorang rekannya menyebutkan pasar media properti sangat segmented dan sempit, Indra tidak tergoyahkan.
“Saya yakin Tuhan telah menggariskan profesi saya di media masa spesialis properti,” ungkap Indra optimis. Saat ini, berdasarkan pengalamannya di media properti dotcom, Indra dan beberapa rekannya juga mengembangkan Portal Berita Properti, NewsProperty.com. “Belum ada properti dotcom yang serius menekuni berita sebagai contens utama. Pasar inilah yang kami isi, sesuai dengan pengalaman dan spesialisasi kami,” jelas Indra tentang dotcom propertinya.
Sayangnya, bisnis dotcom tidak semudah mengembangkan bisnis media cetak. Sosialisasi dotcom yang belum maksimal, menjual banner iklan tidak bisa diharapkan. Kondisi ini membuat Indra mencoba bermanuver. “Yang penting wartawan-wartawan yang ikut saya tetap bisa berkarya,” alasannya mengembangkan properti dotcom. Di sini, ia berpartner dengan Riki dan Dani, eksekutif muda. Di tengah kondisi yang sulit ini, secara tidak sengaja, Indra menghubungi rekannya yang bekerja di Grup Tempo. Entah kebetulan atau memang ditakdirkan Tuhan, temanya ini meminta bantuannya (out sourching) untuk merintis dan mengelola Tabloid Properti yang mereka kembangkan bekerjasama dengan DPD REI DKI Jakarta.
Tanpa kesulitan Indra dan timnya langsung menjalankan Tabloid yang terbit sebanyak 16 halaman itu dengan nama Tabloid KORIDOR. Tabloid ini disisipkan ke dalam KORAN TEMPO setiap terbitnya. Sesuai kontrak, Indra menjalankan operasional penerbitan tabloid tersebut, baik redaksional maupun halaman iklannya. Berjalan selama 6 bulan, tabloid ini pun tersendat akibat usainya kerjasama antara DPD REI DKI Jakarta dengan Grup Tempo.
Usai merintis Tabloid KORIDOR yang sebagian isi redaksinya juga sempat diturunkan di Majalah TEMPO ini, Indra mencoba mandiri dengan menerbitkan Majalah Property GUIDE. Mulai dari redaksi dan penjualan iklan dirintisnya bersama-sama sejumlah rekan-rekannya. Berjalan 5 edisi, ia bertemu dengan pengamat properti Panangian Simanungkalit yang sudah lama dikenalnya saat menjadi redaktur di Majalah Properti Indonesia. “Tadinya saya malah mau nawarin iklan BPPN untuk pasang di Majalah Property GUIDE,” kenang Indra. Bukan hanya cuma iklan, Panangian justru memintanya menerbitkan Tabloid TRANSAKSI yang sudah lama direncanakan pengamat kondang itu. Alhasil, Indra dan timnya sempat kewalahan tiga media sekaligus dalam waktu yang bersamaan, yakni Tabloid Koridor, Property GUIDE dan Tabloid Transaksi. “Saya sempat memundurkan jadual terbit majalah sendiri agar kualitas tabloid yang dipercayakan ke saya tetap terjaga,” katanya.
Pertemuan Indra dengan Panangian Simanungkalit boleh jadi adalah puncak dari perjalanannya sebagai Jurnalis Spesialis Properti. Ia bertemu dengan figur yang juga super spesialis dan memiliki visi dan misi yang sama di bisnis media khusus properti. Akhirnya, berjalan dalam bentuk out sourching selama 6 edisi, posisi Pemimpin Redaksi Tabloid Transaksi akhirnya diserahkan kepada Joko Yuwono, rekannya yang sebelumnya Pemimpin Redaksi di Majalah Properti Indonesia. Indra sendiri memulai pekerjaan barunya dengan mengembangkan Majalah Bisnis PROPERTI pada September 2003.
Berbekal pengalaman dan tim yang sudah terbentuk, tidak terlalu sulit buat Indra mengembangkan media baru, sesuai dengan keinginan Panangian Simanungkalit. Terbit perdana September 2003, penampilan Majalah Bisnis PROPERTI yang dibidaninya sudah seperti berusia puluhan tahun. Beberapa kontrak iklan yang sudah terjaring di Majalah Property GUIDE, dialihkannya ke media yang baru. Itu sebabnya, sebelum terbit, Majalah Bisnis PROPERTI telah mengantongi kontrak iklan dari sejumlah perusahaan. Saat ini, Majalah Bisnis PROPERTI sudah menjadi salah satu referensi yang dipercaya, baik oleh konsumen kelas atas, maupun pelaku bisnis properti itu sendiri. “Saya puas, hasil kerja tim ini bisa langsung dipercaya pembaca,” tutur Indra yang masih kerap begadang mengontrol penerbitan majalah itu.
Indra mengaku saat ini memiliki prinsip hanya mengikuti kemana air mengalir. Meski begitu dalam menjalani semua itu ia tetap bertekad untuk berbuat yang terbaik dari pada hari sebelumnya. “Hari besok juga harus lebih baik dari hari sekarang,” tegasnya. Saat ini telah mengelola media properti, Majalah Property&Bank dengan posisi sebagai Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi. Selain itu, dia telah menerbitkan lagi Majalah My Home. (Sumber)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Info artikel menarik lain silahkan baca Wisnu Tri Anggoro.
NB :
Jika anda butuh info workshop belajar menjadi investor properti sampai mahir yang kebetulan di pandu oleh mentor bapak Joe Hartanto, anda bisa mendaftar atau melihat jadwal workshop terdekat di www.propertycashmachine.com.
Untuk yang ingin belajar investasi properti secara online silahkan mendaftar di www.propertycashmachine.com/e-learning.
Untuk yang ingin belajar investasi properti secara online silahkan mendaftar di www.propertycashmachine.com/e-learning.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika anda berminat dengan waralaba masakan Jepang Okonomiyaki & Takoyaki silahkan pelajari info lengkapnya DISINI.
0 komentar:
Posting Komentar